Tiga Kategori Zikir kepada Allah
Jakarta, NU Online
Zikir kepada Allah SWT memiliki tiga kategori. Pertama , zikir asma-Nya. Kedua , zikir sifat-Nya. Ketiga , zikir zat-Nya. Setiap muslim yang berzikir, tidak akan terlepas dari tiga kategori zikir itu.
Demikian dikatakan oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dalam pengajian rutin tasawuf di Kantor PBNU, jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (18/2) malam.
Di hadapan sedikitnya 35 hadirin yang terdiri jajaran pengurus PBNU, lembaga, lajnah, dan banom NU, KH Said Aqil Siroj yang akrab disapa Kang Said mengatakan bahwa zikir asma Allah dilakukan mereka yang berada pada tahap mencari ketenangan kepada Allah atas segala kejadian terkait diri mereka.
“Mereka mengingat suatu peristiwa melalui asma-Nya. Mereka mengingat Allah sebagai pemberi rezeki, pencipta, penolong, penjaga, pembuka, pengampun, pemberi kehidupan, penentu kematian, dan asma-Nya yang lain. Namun,mereka hanya mengingat Allah sejauh momentum terkait makna asma-Nya,” kata Kang Said.
Sedangkan zikir sifat-Nya dilakukan oleh mereka yang mencintai Allah. Dengan zikiritu, mereka melihat Allah sebagai penguasa mutlak, yang berkehendak, yang melihat, yang mendengar, yang hidup, dan yang berkata-kata, tambah Kang Said.
Menurut Kang Said, mereka yang berzikir sifat-Nya, selalu merasakan kehadiran Allah dalam setiap waktu. Mereka menilai, sebentar saja kerja sifat Allah terhenti maka alam semesta mengalami kehancuran. Karena, Allah melalui sifat-Nya selalu memiliki keterhubungan atas segala kejadian alam semesta tanpa terfragmentasi dalam momen-momen tertentu.
Sedangkan, kata Kang Said, mereka yang berzikir zat Allah mengabaikan segala kaitan alam semesta dengan-Nya. Mereka hanya mengingat zat-Nya semata tanpa ada pamrih lahir maupun batin. Mereka mengingat murni zat Allah tanpa mengaitkan asma dan sifat-Nya.
Seorang muslim boleh mengingat Allah dengan zikir asma dan sifat-Nya dengan durasi panjang. Mereka bebas berdoa, meminta rezeki, dan ampunan sebanyak-banyaknya. Tetapi, mereka harus meluangkan satu waktu meski sebentar dalam sehari, melakukan zikir zat-Nya. Karena, makhluk paling beruntung adalah mereka yang melakukan zikir zat tanpa kaitan apapun, tutup Kang Said.
Jakarta, NU Online
Zikir kepada Allah SWT memiliki tiga kategori. Pertama , zikir asma-Nya. Kedua , zikir sifat-Nya. Ketiga , zikir zat-Nya. Setiap muslim yang berzikir, tidak akan terlepas dari tiga kategori zikir itu.
Demikian dikatakan oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dalam pengajian rutin tasawuf di Kantor PBNU, jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (18/2) malam.
Di hadapan sedikitnya 35 hadirin yang terdiri jajaran pengurus PBNU, lembaga, lajnah, dan banom NU, KH Said Aqil Siroj yang akrab disapa Kang Said mengatakan bahwa zikir asma Allah dilakukan mereka yang berada pada tahap mencari ketenangan kepada Allah atas segala kejadian terkait diri mereka.
“Mereka mengingat suatu peristiwa melalui asma-Nya. Mereka mengingat Allah sebagai pemberi rezeki, pencipta, penolong, penjaga, pembuka, pengampun, pemberi kehidupan, penentu kematian, dan asma-Nya yang lain. Namun,mereka hanya mengingat Allah sejauh momentum terkait makna asma-Nya,” kata Kang Said.
Sedangkan zikir sifat-Nya dilakukan oleh mereka yang mencintai Allah. Dengan zikiritu, mereka melihat Allah sebagai penguasa mutlak, yang berkehendak, yang melihat, yang mendengar, yang hidup, dan yang berkata-kata, tambah Kang Said.
Menurut Kang Said, mereka yang berzikir sifat-Nya, selalu merasakan kehadiran Allah dalam setiap waktu. Mereka menilai, sebentar saja kerja sifat Allah terhenti maka alam semesta mengalami kehancuran. Karena, Allah melalui sifat-Nya selalu memiliki keterhubungan atas segala kejadian alam semesta tanpa terfragmentasi dalam momen-momen tertentu.
Sedangkan, kata Kang Said, mereka yang berzikir zat Allah mengabaikan segala kaitan alam semesta dengan-Nya. Mereka hanya mengingat zat-Nya semata tanpa ada pamrih lahir maupun batin. Mereka mengingat murni zat Allah tanpa mengaitkan asma dan sifat-Nya.
Seorang muslim boleh mengingat Allah dengan zikir asma dan sifat-Nya dengan durasi panjang. Mereka bebas berdoa, meminta rezeki, dan ampunan sebanyak-banyaknya. Tetapi, mereka harus meluangkan satu waktu meski sebentar dalam sehari, melakukan zikir zat-Nya. Karena, makhluk paling beruntung adalah mereka yang melakukan zikir zat tanpa kaitan apapun, tutup Kang Said.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar