Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU) KH Said Aqil Siroj menjelaskan, salah satu maqam atau tahapan
spiritual dalam dunia tasawuf adalah zuhud . Menurut dia, secara prinsip
zuhud tidak sama dengan meninggalkan kehidupan dunia.
”Zuhud bukan berarti melarat. Menganggap dunia ini kecil, meskipun orang itu kaya raya, itu zuhud,” terangnya saat mengasuh pengajian tasawuf PBNU di Lantai 5 Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (29/1) malam.
Kang Said, sapaan akrabnya, menyatakan, para wali Allah yang zahid tak sedikit yangmemiliki harta melimpah. Ini menunjukkan, zuhud tak bergantung pada jumlah kekayaan duniawi melainkan pengakuan tulus bahwa Allah lah satu-satunya keagungan paling hakiki.
Nilai kekayaan bersifat relatif bagi masing-masing orang dan karenanya mustahil menjadi sumber mutlak kebahagiaan seseorang. ”Kekayaan Indonesia ini cukupuntuk memenuhi kebutuhan seluruh rakyat Indonesia, tapi bisa tidak cukup hanya untuk satu orang yang tamak,” imbuhnya.
Dalam kesempatan ini, Kang Said menguraikan perihal tingkatan-tingkatan spiritual ( maqamat ) dalam tasawuf, yang terjadi dalam tiga proses yakni takhalli (pembersihan diri), tahalli (penghiasan diri), lalu tajalli (pengejawentahan diri).
Taubat, wara ’, dan zuhud merupakan serangkaian proses takhalli yang dapat menimbulkan rasa takut ( khauf ) dalam diriseseorang sehingga giat pada usaha penghambaan ( ta’abbdud ). Sementara tawakal, ridla , dan syukur menempati fase tahalli.
Tahapan ini memancarkan harapanakan Allah ( raja ’) dengan orientasi upaya mendekatkan diri kepada-Nya ( taqarrub ).
Pada proses ketiga atau tajalli , penempuh jalan tasawuf akan menerapkan mahabbah (cinta), thuma’ninah (ketenangan), dan ma’rifah (penyaksian). Tahapan ini mengakibatkan seseorang untuk senantiasa harmonis ( uns ) dengan Allah dengan segenap perlilaku yang merupakan bentuk realisasi akan kebenaran, keindahan, dan kebaikan Allah( tahaqquq ).
”Zuhud bukan berarti melarat. Menganggap dunia ini kecil, meskipun orang itu kaya raya, itu zuhud,” terangnya saat mengasuh pengajian tasawuf PBNU di Lantai 5 Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (29/1) malam.
Kang Said, sapaan akrabnya, menyatakan, para wali Allah yang zahid tak sedikit yangmemiliki harta melimpah. Ini menunjukkan, zuhud tak bergantung pada jumlah kekayaan duniawi melainkan pengakuan tulus bahwa Allah lah satu-satunya keagungan paling hakiki.
Nilai kekayaan bersifat relatif bagi masing-masing orang dan karenanya mustahil menjadi sumber mutlak kebahagiaan seseorang. ”Kekayaan Indonesia ini cukupuntuk memenuhi kebutuhan seluruh rakyat Indonesia, tapi bisa tidak cukup hanya untuk satu orang yang tamak,” imbuhnya.
Dalam kesempatan ini, Kang Said menguraikan perihal tingkatan-tingkatan spiritual ( maqamat ) dalam tasawuf, yang terjadi dalam tiga proses yakni takhalli (pembersihan diri), tahalli (penghiasan diri), lalu tajalli (pengejawentahan diri).
Taubat, wara ’, dan zuhud merupakan serangkaian proses takhalli yang dapat menimbulkan rasa takut ( khauf ) dalam diriseseorang sehingga giat pada usaha penghambaan ( ta’abbdud ). Sementara tawakal, ridla , dan syukur menempati fase tahalli.
Tahapan ini memancarkan harapanakan Allah ( raja ’) dengan orientasi upaya mendekatkan diri kepada-Nya ( taqarrub ).
Pada proses ketiga atau tajalli , penempuh jalan tasawuf akan menerapkan mahabbah (cinta), thuma’ninah (ketenangan), dan ma’rifah (penyaksian). Tahapan ini mengakibatkan seseorang untuk senantiasa harmonis ( uns ) dengan Allah dengan segenap perlilaku yang merupakan bentuk realisasi akan kebenaran, keindahan, dan kebaikan Allah( tahaqquq ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar